20 April 2007

ILHAM SRI YULIANTO



PEBULU TANGKIS CILIK ILHAM SRI YULIANTO,
Mewarisi Bakat sang Ayah


Seputar Indonesia
Minggu, 04/03/2007


Berawal dari melihat dan memperhatikan orang berlatih, akhirnya Ilham jatuh cinta pada bulu tangkis. Kini pemilik nama Ilham Sri Yulianto ini ingin seperti juara dunia bulu tangkis,Taufik Hidayat.

SEJAK masih kecil, Ilham sering ikut ayahnya, Herry Suprianto, latihan bulu tangkis. Sang ayah merupakan seorang pelatih, sekaligus pengelola sekolah bulu tangkis. Lambat laun ”darah olahragawan” pebulu tangkis pun menurun ke diri Ilham.

”Dari dulu saya memang sering mengajak dia kalau pergi melatih. Di sana dia menyaksikan bagaimana orang berlatih bulu tangkis,” cerita Herry kepada SINDO. Diawali dari melihat-lihat dan memperhatikan cara orang bermain bulu tangkis, akhirnya Ilham mulai tertarik. Sesekali dia mencoba mempraktikkan bermain bulu tangkis ala kadarnya.

”Pertama-tama yang diajarkan cara memegang raket, terus cara memukul atas. Kalau sudah, bisa langsung latihan fisik,” kata Ilham, anak bungsu pasangan Herry Suprianto dan Yulmuliawati. Ketika menginjak bangku SD, tepatnya mulai kelas 3, Ilham mulai serius latihan.

Guna menambah daya tarik saat bermain bulu tangkis, sang ayah sering mengajak dan memperkenalkan dia kepada pemain-pemain bulu tangkis nasional yang sedang berlatih di pelatihan nasional (pelatnas). Terkadang, sampai meminta kepada pemain-pemain tingkat nasional dan internasional itu berfoto bersama Ilham. Sederet nama beken berhasil difoto bareng, yakni Taufik Hidayat, Marleev, Sigit Budiarto, dan Luluk Hadianto.

Pengalaman ini membuat Ilham merasa senang dan bersemangat. ”Tujuannya untuk memancing dia semakin tertarik lagi dengan bulu tangkis. Di sana dia melihat, bagaimana pemain-pemain hebat itu latihan. Nah, itu membuat dia kagum,” ujar Herry. Tak ketinggalan Herry menstimulus anak bungsunya tadi dengan cara memperlihatkan betapa enaknya menjadi seorang juara bulu tangkis. ”Lihat tuh pemain hebat itu, ke mana saja dia dikejar-kejar orang dan secara finansial juga bagus,” imbuhnya.

Pada mulanya, Herry tak pernah berpikir bahwa sang anak menerjuni dunia bulu tangkis guna mengejar prestasi. Padahal, semua berawal dari sekadar berlatih biasa untuk mengisi kegiatan kosong. Eh, ternyata dalam tempo tak begitu lama, Ilham menunjukkan kemampuan teknik bulu tangkis yang lumayan bagus. Selanjutnya, Ilham dipersiapkan program latihan yang serius.

Dia menjalani latihan intensif tiap Senin,mulai pukul 16.00–20.00 WIB. Kemudian Selasa mulai pukul 18.00–20.00, Kamis pukul 16.00–20.00, Jumat pukul 18.00–20.00 dan Sabtu pukul 17.00–20.00. Apa resepnya agar tidak capek menjalani latihan rutin itu? ”Pulang sekolah langsung tidur. Lamanya dua jam. Habis itu bangun dan latihan deh,” kata Ilham polos. Selain program latihan, langkah tersebut diimbangi dengan program makan, vitamin dan istirahat yang cukup.

Setelah menjalani program selama tiga bulan, Ilham menunjukkan perkembangan luar biasa. Setelah menjalani latihan intensif, ayahnya mulai memperkenalkan Ilham dengan dunia kompetisi dan turnamen bulu tangkis. Langkah awalnya dimulai dengan mengikuti turnamen tingkat desa di Kecamatan Bojong Gede pada 2005 lalu. Meski pun belum meraih gelar juara, Ilham berhasil masuk peringkat delapan besar.

Selanjutnya pada tahun yang sama, dia ikut Kejuaraan Bulu Tangkis Cabang (Kejurcab) Kota Depok. Namun, dia cuma masuk babak ketiga dan terpaksa harus kalah dari pemain yang berusia lebih tua dari dia. Namun di kejurcab tahun berikutnya, Ilham mengalami peningkatan pesat dan berhasil meraih juara ketiga. ”Saya kecewa dan masih belum puas. Saya inginnya juara pertama, tapi lawannya jago-jago sih,”ujar Ilham yang mengidolakan juara dunia bulu tangkis Taufik Hidayat.

Perlu Didikan Pelatih Profesional

MANTAN pebulu tangkis profesional di era tahun ’80-an, Hardioto (Didit) berpendapat, Ilham mempunyai prospek bagus di dunia bulu tangkis profesional.

”Untuk seumuran dia yang masih kanak-kanak, Ilham sudah menguasai teknik bagus. Baik teknik serang, bertahan dan teknik lain. Hanya, tinggal masalah intensitas latihan. Kalau ini diperbanyak, bisa bagus dan menjadi pemain hebat,” tutur Didit, pebulu tangkis seangkatan Icuk Sugiarto saat masih bermain di Kejurda DKI itu. Selain kelebihan, Ilham tak luput dari kekurangan.

Salah satunya karena dia belum dapat berpikir ke depan. Saat latihan sering kali dia masih terkesan manja. Hal ini karena motivasi dalam diri belum sepenuhnya tertanam. ”Langkah untuk membangkitkan motivasi dalam diri Ilham, si pelatih harus dapat memberikan variasi latihan,” ujarnya.

Variasi latihan yang dimaksud tidak sekadar latihan bulu tangkis. Dia juga diajak melihat- lihat bagaimana suasana latihan di pelatda dan pelatnas. Atau diberikan contoh-contoh siapa saja juara bulu tangkis dan gambarkan kehidupan seorang juara. Dengan memperlihatkan hal semacam itu, Ilham dapat termotivasi ingin menjadi seorang juara. Langkah ini perlu dilakukan sedini mungkin karena faktor motivasi menjadi penentu utama seorang juara.

Motivasi membuat seseorang mau latihan keras. ”Latihan keras yang dimaksud di sini harus disesuaikan dengan umur. Ada dua contoh juara yang berhasil karena motivasi kuat. Dua di antaranya adalah Icuk Sugiarto dan Sigit Pamungkas,” kata mantan juara Kejurda Antar Sekolah Se- Jakarta di era 1980-an itu. Didit menceritakan ketika masih latihan bareng dengan Icuk Sugiarto dan Sigit Pamungkas di Kemakmuran, Jakarta. Saat itu sebetulnya teknik bermain bulu tangkis Icuk biasa saja.

Namun, karena dia punya tekad kuat harus jadi pemain hebat, akhirnya dia berhasil mewujudkan cita-citanya tersebut. ”Saat itu ketika masuk pelatnas di Ragunan, Icuk termasuk pemain yang paling rajin latihan. Karena itu tak heran walaupun diasah hanya sebentar, dia bisa jadi pemain hebat karena kuatnya tekad dan motivasi,” tutur Ilham. Contoh lain, Didit menyebut Luis Pongoh, pemain yang dijuluki si bola karet. Pemain itu bisa tampil jadi seorang juara karena memiliki motivasi kuat dan memiliki sifat penurut terhadap apa yang diajarkan sang ayah.

Mengenai kondisi Ilham yang hingga kini masih dilatih sendiri oleh ayahnya, Didit menyarankan, selain sang ayah yang melatih Ilham, ada baiknya Ilham dilatih orang lain (pelatih profesional). Tujuannya supaya dalam menjalankan latihan dia bisa lebih keras dan tak ada kesempatan untuk bermanja-manja.

”Soal teknik dia sudah punya. Kini tinggal mengasahnya supaya matang. Dalam artian, latihan fisik diperkuat. Apabila fisik Ilham sudah kuat, latihan yang dilakukan secara rutin dalam tempo enam bulan atau satu tahun sudah jadi bagus dan jadi seorang juara,” katanya. Selain itu, dia juga harus memperbanyak jam tanding mengikuti beragam kompetisi. Tujuannya agar dia punya pengalaman bagaimana menghadapi publik alias bertanding disaksikan orang banyak. Kebiasaan ini akan menumbuhkan mental juara.

Si Bungsu yang Disiplin

AYAHANDA Ilham, Herry Suprianto, menuturkan, Ilham punya sedikit rasa manja karena merupakan anak bungsu. Meski begitu, dia punya motivasi tinggi dalam menjalani latihan.

Dalam menjalankan latihan bulu tangkis, Ilham sudah terprogram dan terpola sedemikian rupa. Karena terbiasa, membuat tingkat disiplinnya menjadi tinggi. ”Kebetulan saya mempunyai sekolah bulu tangkis anak-anak dan remaja bernama PB Cipta Prima Utama Depok,”kata Herry,yang juga menjabat sekretaris PBSI Depok.

Di mata ayahnya,Ilham tergolong anak yang memiliki daya serap cepat dalam menangkap pelajaran bermain bulu tangkis dengan baik. Begitu pula dalam menyerap pelajaran sekolah. Satu hal yang disukai Herry terhadap anaknya adalah mereka tidak suka jajan di luar. Ketika kawan-kawannya asyik makan bermacam jajanan, Ilham malah menahan diri karena tidak suka dan tidak terbiasa jajan.

Dia lebih suka menyantap makanan yang disiapkan orangtua di rumah. ”Ilham itu sangat disiplin dalam hal menepati waktu. Makan pun mau diatur, serta tak ketinggalan minum vitamin.Tanpa diperintah pun semua kebiasaan itu dapat dijalankannya,” katanya. Saking semangat menjalani latihan bulu tangkis, sampai-sampai Ilham tidak pernah mau ketinggalan, apalagi terlambat. Bahkan, bila ayahnya baru pulang kerja saja, Ilham kerap merengek-rengek agar sang ayah segera mengantar latihan.

”Salah satu kiat agar Ilham tidak merasakan bosan dalam berlatih, saya mencoba mengajak dia berlatih di tempat latihan yang berbeda-beda. Jadi tidak di satu tempat latihan saja,”urai Herry. Semua itu bertujuan agar dia merasakan suasana tempat yang berbeda-beda. Ada tempat latihan yang terdiri atas tujuh lapangan,ada pula yang dua lapangan. Meski begitu, tetap saja jadwal latihan dijalankan dengan ketat dan disiplin. (nuriwan trihendrawan)

ATHLITES FIRST, WINNING SECOND