27 June 2007

Falsafah Pendidikan Jasmani:

Hakikat Pendidikan Jasmani
PJKR-Unnes.Com

Written by Drs. Agus Mahendra, M.A.

Kamis, 25 Januari 2007



Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.


Kesatuan Jiwa dan Raga

Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani.

Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.


Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga


Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.


Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)?


Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang.

Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena ‘menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka.

Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, di samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping sebagai kegiatan yang menyehatkan.

Di Amerika, dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani, karena dipandang sebagai alat untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak, di samping untuk meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan nilai-nilai. Meskipun menjadi bagian penjas, dansa sendiri masih dianggap sebagai cabang dari seni. Kemungkinan bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya yang mampu mengembangkan orientasi gerak tubuh. Bahkan ditengarai bahwa aspek seni dari dansa dipandang mampu mengurangi kecenderungan penjas agar tidak terlalu berorientasi kompetitif dengan memasukkan unsur estetikanya. Jadi sifatnya untuk melengkapi fungsi dan peranan penjas dalam membentuk manusia yang utuh seperti diungkap di bagian-bagian awal naskah ini.

Last Updated ( Kamis, 25 Januari 2007 )

05 June 2007

Rexy Mainaky Interview 25/3/07

Pemain terima pujian berlebihan ‘lupa diri’

Oleh Nasron Sira Rahim


Semangat juang skuad badminton masih kurang

Hasrat Malaysia memburu pingat emas dalam sukan badminton pada Sukan Olimpik tahun depan, kini disandarkan pada beregu emas negara, Koo Kien Keat-Tan Boon Heong dan pastinya ‘arkitek’ yang membentuk kejayaan beregu itu ketika ini adalah jurulatih mereka yang juga bekas pemain kebangsaan Indonesia, Rexy Mainaky. Wartawan Berita Minggu, NASRON SIRA RAHIM, menemui Rexy yang juga bekas juara Olimpik 1996 selain pelbagai lagi kejohanan berprestij dunia, untuk menilai kemampuan Malaysia menjuarai kategori beregu lelaki badminton pada Sukan Olimpik 2008 di Beijing, China. Rexy yang juga bekas jurulatih England sebelum ini turut ‘membongkar rahsia’ kemampuan pemain badminton England, Malaysia dan Indonesia dalam pertemuan pada Majlis Sukan Negara (MSN) Bukit Jalil, Selangor, baru-baru ini.

APAKAH perasaan saudara selepas anak didik Koo Kien Keat dan Tan Boon Heong memenangi Kejohanan Seluruh England, Sukan Asia Doha, Terbuka Switzerland, malah tergolong dalam kelompok 10 pasangan terbaik dunia ketika ini?


Pastinya dalam skuad kebangsaan, bukan hanya saya seorang sebagai jurulatih beregu. Ada lagi dua bekas pemain kebangsaan Malaysia sebagai jurulatih iaitu Pang Cheh Chang dan Chan Kim Wai dan mereka berdua bersama saya adalah jurulatih lelaki beregu.

Jadi untuk kita bertiga pada posisi ini (jurulatih), saya dan dua teman itu, kita pasti gembira. Dari dulu kita mampu membuat satu sejarah buat Malaysia. Biar belum menang ketika itu, hasil latihan menyebabkan pemain menang dari satu perlawanan ke satu perlawanan. Juga di hujung-hujungnya (menang) di Sukan Asia, kita sebagai jurulatih sangat gembira.

Ketika mula sampai dan bertugas sebagai jurulatih di Malaysia, apa pandangan terhadap pemain badminton kebangsaan ketika itu?

Ketika itu, bukan hal baru saya melihat pemain Malaysia beraksi. Ketika di England (sebagai jurulatih), ketika pergi ke kejohanan dengan pasukan England, saya sudah nampak pemain pasukan Malaysia termasuk Koo (Koo Kien Keat).

Koo ketika itu berpasangan dengan Gan Teik Chai. Ketika itu lawan Nathan dan Anthony (Nathan Robertson dan Anthony Clark), tetapi mereka masih kalah. Selepas itu, Nathan, Anthony dan saya sendiri berbincang. Kita cakap Koo itu bagus, dia masih muda, dia cepat dan kuat.

Saya bilang, jika dia dapat latihan baik dan mungkin dapat pasangan beregu yang baik, mungkin dia akan jadi pemain berbahaya. Nathan dan Anthony juga bersetuju dengan pandangan itu.

Selepas beberapa tahun di sana, saya datang pertama kali ke sini, saya tidak terkejut dengan pemain di sini. Tetapi saya melihat kekurangan yang ada dalam pemain itu adalah - mereka sebenarnya punya sesuatu lebih baik daripada apa yang mereka ada pada saat itu kerana mereka pemain menyerang, agresif.

Jadi saya lihat mereka semua itu pemain lebih banyak agresif. Cuma mereka difokuskan lebih banyak kepada permainan mempertahan, corak permainan mereka terlalu defensif, terlalu menunggu... begitu ya.

Jadi saya lihat ini sesuatu yang harus saya ubah. Mungkin mereka sudah memiliki satu asas dalam permainan pertahanan yang kuat, solid. Saya harus masukkan apa yang sudah mereka ada sebenarnya iaitu agresif.

Nampaknya penggabungan saya dengan apa yang mereka sudah punya itu mampu menciptakan satu hasil yang nampaknya ada kesan.

Saya bersama dua jurulatih lagi bekerjasama, saya sampaikan pendapat saya, mereka juga menyampaikan pendapat. Kita bertiga cuba bersatu pemikiran, duduk dan berbincang mencari jalan bagaimana hendak menggabungkan (idea) menjadikan pemain itu agresif.

Pemain Malaysia termasuk dalam bidang sukan lain sering dikaitkan dengan kurangnya semangat juang. Bagaimana pemerhatian Rexy sendiri ketika mula-mula sampai di sini?

Kita berbincang dan mendapati masalah pemain badminton negara, sebenarnya mereka bukan menghadapi masalah besar dalam kemahiran bermain badminton, tetapi bermasalah dalam keyakinan kendiri mereka.

Aspek psikologi, mereka punya masalah. Hampir dua tahun, kita fokus kepada kelemahan mentaliti. Di gelanggang, kita cuma perlu tinggal latihan untuk membuat pukulan tajam, tetapi fokus utama kita adalah memperbaiki kelemahan mental.

Pertama kali saya datang ke sini, tidak secara langsung Gan Teik Chai berkata kepada saya, “Coach, kenapa ya Malaysia ini? Sebenarnya kita tidak kalah dengan China, tidak kalah dengan Indonesia, Denmark atau Korea. Tetapi kenapa kita ada kelemahan. Kalau sudah mengalahkan pemain hebat atau mencapai sesuatu pada pertandingan besar seperti separuh akhir atau akhir, kita sudah berasa seperti puas.”

Itu pemain sendiri yang cakap. Sebelum ini saya sudah nampak keadaan itu pada pemain Malaysia. Saya bilang ini masalah. Saya berbincang dengan jurulatih lain dan mengatakan kita perlu banyak fokus kepada masalah itu.

Kemudian saya minta ahli psikologi Majlis Sukan Negara (MSN) untuk fokus kepada pemain. Setiap pemain saya khususkan sesi satu jam bersama ahli psikologi.

Sekarang adakah masalah kelemahan mental itu masih ketara?

Keadaan sekarang memang istilahnya masih dalam proses membentuk, tetapi (mental) mereka lebih kuat berbanding dulu. Sudah berubah dengan banyak, sudah berubah 80 peratus berbanding dulu.

Tetapi sekarang kita mahu keadaan itu konsisten. Kita masih tetap membabitkan ahli psikologi, jika kita dengar ada pemain bermasalah, kita tetap panggil ahli psikologi dan hantar pemain itu ke sana untuk cepat-cepat menjadikan mereka fokus kepada latihan.

Kita mengajar bahawa mereka harus menganggap selagi kamu belum dipastikan mendapat tempat kedua bererti kamu belum kalah. Kamu semua harus tunjukkan semangat untuk melawan. Itu yang kita selalu tanamkan.

Masalah kekurangan semangat juang kita nampak. Contohnya tahun lalu, Mohd Zakry Latif dengan Gan Teik Chai lawan pada suku akhir, pada mulanya dia sudah mengawal permainan, tetapi tiba-tiba dia seperti hilang kepercayaan diri.

Jadi kita cakap, kamu ada peluang menang. Sekarang kamu jangan anggap dia itu lebih besar daripada kamu, kamu mesti mahu kuatkan kepercayaan diri.

Selepas itu baru dia sedar. Kita perlu sentiasa mengingatkan mereka. Kita tidak boleh lepaskan mereka begitu saja. Disebabkan itu, kami tiga jurulatih ini bekerja keras dan masih memfokus kepada mentaliti mereka. Dari segi skil permainan, mereka tiada masalah.

Rexy pernah berpengalaman menjadi jurulatih di England dan Malaysia selain menjadi pemain kebangsaan Indonesia. Apakah perbezaan antara pemain di ketiga-tiga negara ini?

Ketika saya menjadi pemain untuk Indonesia, kita lihat bahawa kita tidak pernah mengalah dan berputus asa selagi kita ada peluang.

Biarpun peluang sudah tiada, kita tidak pernah berputus asa. Itu semua dalam latihan menyebabkan kita boleh menunjukkan persaingan. Itu satu sikap yang sudah terbina selama kita dalam latihan.

Kemudian saya menjadi jurulatih di England, saya lihat apa yang saya berasa di Indonesia itu, tiada pada pemain Inggeris.

Apabila saya datang ke Malaysia pula, saya lihat secara skil dan teknik, pemain Malaysia sama dengan pemain Indonesia, tetapi seperti saya cakap tadi, semangat juangnya (pemain Malaysia) masih kalah jauh dengan pemain Indonesia.

Berbanding England, di Malaysia masih ada sikap ‘tidak individu’. Di England, rata-rata pemain bersikap individu, mereka memikirkan diri sendiri. Biarpun mereka pemain beregu, mereka bersikap seperti itu, mahu latihan seorang diri.

Sebenarnya dalam permainan beregu, mereka perlu meningkatkan kemahiran beregu, tetapi pemain England lebih banyak secara individu.

Tetapi saya yang datang dari negara memiliki budaya mementingkan kekeluargaan dan tidak individu, saya memutar fikiran saya dengan budaya mereka. Bagaimana saya boleh (menukar) individual menjadi satu keluarga yang solid.

Saya perlu membuat mereka memahami, terangkan bagaimana kamu mampu melawan pemain Asia jika kamu memiliki sistem seperti ini (individu).

Saya tidak mengubah 100 peratus dengan cara Asia, tetapi saya membuat mereka secara logiknya menerima ini idea baik. Saya gabung budaya Asia – terutama dalam badminton – dengan budaya Eropah untuk menjadi sesuatu yang unik.

Saya berbincang dengan mereka dan lebih banyak cuba memahami mengapa mereka berfikiran individu sebelum membuat mereka mengerti. (Saya kata) memang saya tidak boleh mengubah sikap individu itu, jika pemikiran itu sudah tertanam sejak kamu lahir, sudah menjadi budaya kamu, tetapi kita berbincang masalah sukan dan badminton terutama untuk kamu main beregu.

Melatih pemain Eropah lebih mencabar daripada pemain Malaysia?

Ya, memang lebih sukar di England. Jika di sini, ada satu persamaan antara pemain England dan pemain Malaysia sebelum saya datang iaitu seseorang pemain itu mahu mengambil sesuatu dengan mudah.

Saya pernah tanya kepada pemain di England dulu, jika saya beri kamu 10,000 pound dengan saya beri kamu satu juta pound dengan syarat kamu menang Olimpik, kamu pilih mana?

Mereka pilih 10,000 kerana 10,000 pound itu sudah tentu mereka dapat (menang Olimpik sukar untuk dapat). Saya bilang, jika begitu kamu tidak akan maju.

Pertanyaan itu juga saya bawa dan tanya kepada pemain di sini dan mereka turut memilih yang kecil kerana itu mereka pasti akan dapat. Ia membuktikan mentaliti dan pemikiran mereka (pemain England dan Malaysia) sama. Tetapi dalam skil badmintonnya mungkin melatih pemain di sini lebih mudah.

Ketika di England, semangat juang pemain mereka bagaimana?

Ketika saya tangani dulu, kini sudah ada sedikit perubahan. Jika dulu, mereka tengok nama pemain lawan sudah rasa takut. Tetapi sekarang mereka tengok nama, (mereka berfikiran) ‘selagi belum dihentam sehingga hancur, saya ingin lawan’.

Saya memberikan satu tanggapan kepada mereka bahawa ‘dia (pemain lawan) juga bermain badminton setiap hari, dia pegang raket sama; dia juga berkaki dua, mata dua, tangan dua; apa yang harus kamu takut?

“Kamu harus berfikir sebaliknya yang dia (pemain lawan) juga sebenarnya takut kepada kamu, dia tidak tahu permainan kamu bagaimana? Dia ada nama mungkin lebih besar daripada kamu, tetapi dia tidak pernah main bersama kamu sebelum ini’. Jadi kamu harus pergi berlawan dengan satu keyakinan seperti itu. Jangan berasa takut.”

Saya selalu berkata kepada mereka, jika dalam kejohanan itu, peranan paling besar adalah mental. Jika kamu punya teknik dan skil hebat, tetapi kalau mental kamu tidak berani, bagaimana kamu mahu buat skil dan teknik itu?

Dalam latihan kamu tak fikir mengenai kekalahan, kamu mampu buat pukulan hebat, tetapi dalam pertandingan, jika mental lemah, bagaimana skil kamu mampu keluar?

Bila masuk ke dalam gelanggang, 40 peratus itu adalah teknik dan skil, tetapi 60 peratus itu kita perlu memperkuatkan aspek mental. Kekuatan mental kita jika jatuh kepada 49 peratus, manakala kekuatan mental pemain lawan 51 peratus, kita mampu kalah.

Tentunya cabaran utama bagaimana ingin terus mengekalkan mental yang kuat?

Ya itulah yang sedang kita sentiasa usahakan. Kita sebagai jurulatih, kita tidak boleh terlalu memberikan pujian berlebihan kepada pemain. Kita harus sentiasa mengingatkan, walaupun mereka menjadi juara, mereka masih memiliki kekurangan perlu diperbaiki.

Kita juga perlu menjaga pemain daripada gangguan orang di luar. Jika kita kalah, tiada orang luar mahu ikut campur. Mereka hanya mahu ikut campur dalam komen mengatakan jurulatih itu kerja tidak benar.

Tetapi pada saat kemenangan, mereka tampil berasakan kemenangan itu juga disebabkan ada peranan dan pertolongan daripada mereka. Pasti banyakkan (golongan seperti itu). Kita lihat jika ada pemain kalah, semua orang hentam jurulatih, hentam persatuan sukan itu.

Tetapi kalau menang, kita boleh lihat, orang yang tidak pernah muncul (sebelum ini), mula muncul memberi komen. Hal itu yang saya selalu ingatkan kepada pemain. Kamu harus tahu mana pihak mahu membuat kamu susah dan mana pihak mahu ‘mencari muka’.

Jika orang mahu mencari muka, mereka (pemain) kena cakap apa? (Cakap) ‘Maaf, saya tidak punya waktu, bukan sombong, tetapi saya tidak ada waktu.’

Apabila pemain kalah, golongan ini pintar mengkritik dan juga pintar mencari muka (apabila menang).

Bagaimana saudara terapkan keyakinan dan semangat juang kepada pemain?

Satu, saya menerapkan aspek kerohanian. Di sini ada (beragama) Muslim, Buddha, Kristian dan Hindu.

Jadi, sebelum latihan, harus berdoa dan selepas latihan kita bersyukur. Kita manusia dan jika hanya melihat kekuatan itu berasal daripada dirinya, maka manusia itu menjadi sombong.

Kita harus kembalikan semua itu kepada tuhan mengikut kepercayaan masing-masing. Paling penting adalah kita percaya ‘jika saya dekat dengan tuhan, maka tuhan akan menjaga saya’.

Ini tidak menjadikan kita sombong, tetapi jika kita beranggapan ‘kerana saya mempunyai smash keras, maka saya menjadi juara’, tetapi kemudian kamu cedera atau jatuh sakit lalu bagaimana?

Oleh itu, kita harus mendekatkan diri dengan tuhan dan berdoa. Sebagai orang yang punya agama, kita harus berdoa. Itu untuk kekuatan rohani kita.

Saya ketika beregu bersama Ricky Subadja, dulu, Ricky sebelum servis, dia baca bismillah. Dia kata dia merasakan ketenangan. Walaupun dia dalam keadaan tertekan, tetapi dia berasa ketenangan.

Kita selalu mengingatkan kepada pemain yang kita hanyalah seorang manusia. Kita bukan seorang yang sempurna, sebagai manusia kita ada kekurangan. Jika kita diingat begitu, kita tidak menjadi sombong kerana sombong itu akan menghancurkan.

Bagaimana Rexy melatih pemain?

Kita selalu bercakap kepada pemain yang mereka harus mengerti apa itu ‘pasangan’. Pasangan bererti ‘dua hati menjadi satu’.

Tetapi kita (pemain) perlu memahami dulu apa itu pasangan. Jika kita cuma datang main, tanpa memahami apa itu pasangan, kita main dan kita berasa ego, kita saja yang muncul (ketika perlawanan).

Jadi kita selalu menekankan bahawa kamu ini dua hati menjadi satu. Untuk menghasilkan satu pasangan beregu kukuh, kita harus buat pasangan itu memahami antara satu sama lain.

(Pemain harus berfikiran) ‘Saya perlukan pasangan kerana kekurangan saya, dia mampu tutup’. Kita harus bersatu hati. Itu yang kita cakap kepada pemain dan pemain juga terima. Begitu corak latihan kami.

Antara lain yang kita fokuskan dalam latihan di sini adalah faktor yang bukan kemahiran seperti bagaimana pemain berfikiran negatif, atau mungkin dia ada masalah di luar dengan teman wanitanya, kemudian bawa masalah itu datang latihan.

Itu kita kena tahu dulu. Kemudian kita cakap kepada pemain itu supaya dia tinggalkan semua masalah itu di luar dan kena tumpukan kepada latihan dulu, latihan seperti ketepatan smash atau kemahiran lain. Latihan itu semua mesti kena fokus.

Ada juga pemain berasa susah dalam masalah keadaan ini, tetapi kita sebagai jurulatih, kita mesti mahu memastikan sesi latihan itu berjalan dengan baik.

Apa yang perlu untuk seorang pemain badminton itu menjadi pemain hebat?

Disiplin, disiplin dan komitmen. Sekarang kalau kita bilang bakat, jika seseorang pemain itu punya bakat, tetapi dia tidak punya disiplin, dia tidak akan jadi (pemain yang hebat). Dia punya disiplin tetapi dia tidak punya bakat juga susah.

Jika dia tiada bakat, tetapi ada disiplin, kita juga mampu menjadikan (melatih dia menjadi pemain yang hebat). Itu semua yang terpenting adalah disiplin.

Kita mampu ambil contoh di Indonesia, saya selalu cakap kepada pemain. Di Indonesia ada (pemain) bagus, tetapi disiplin latihannya tidak ada. (Hasilnya) sekarang, mana dia sekarang?

Di Indonesia banyak. Taufik (Taufik Hidayat) dia hebat, menang Olimpik, Sukan Asia. (Dia menang) kerana disiplinnya tidak begini (teruk). Jadi semua berpunca dari disiplin.

Disiplin menjaga kita. Jika kita berdisiplin seperti kita mahu jaga diri kita, tidur cukup, makan yang benar, kita punya risiko untuk cedera itu kurang.

Jika kita punya bakat bagus, tetapi tidak berdisiplin sehingga cedera, susah jugakan?

Apakah yang Rexy nilai sebelum mengambil keputusan menggandingkan Koo Kien Keat dan Tan Boon Heong?

Kita mampu lihat pertamanya ialah Koo itu cepat, dia punya corak permainan agresif. Kita tengok perwatakan orang yang juga agresif.

Koo itu agresif dalam permainannya yang cepat, pergerakannya cepat jadi dia mesti punya orang di belakang yang juga agresif. Bukan orang di belakang cuma satu smash kemudian bermain biasa, kita harus punya orang mampu mengikut rentak kelajuan Koo.

Jadi orang yang mampu mengikut Koo Kien Keat punya rentak kelajuan adalah Tan Boon Heong dan dia ada cara main sepadan untuk digandingkan dengan Koo.

Adakah beregu atau pemain lain juga mampu menjadi beregu yang hebat?

Jika dilihat sekarang ini, peluang dan kemampuan mereka (semua pemain) hampir sama. Cuma sekarang kita bilang dengan disiplin dan komitmen Koo dan Tan itulah yang menyebabkan mereka berada setingkat di atas pemain lain.

Tetapi mereka (pemain lain) punya tahap juga mampu sampai di sana (pada tahap Koo dan Tan) jika mereka lebih punya komitmen.

Jika ada komitmen, mana-mana pemain mampu berjaya. Walaupun tidak punya bakat berlebihan, tetapi jika berdisiplin dan komited, dia berjaya. Juga seseorang itu semestinya harus tidak terlalu bodoh (lurus bendul) juga (ketawa).

Dengan prestasi pemain sekarang, adakah kita mampu meraih emas di Sukan Olimpik tahun depan?

Inilah yang selalu saya cakap dalam akhbar, ini bukan hanya tugas seorang. Secara kerja, inilah tanggungjawab saya sebagai jurulatih, tetapi marilah kita sama-sama masyarakat Malaysia, sesiapa yang mahu melihat Malaysia ada pingat emas di Olimpik, marilah kita sama-sama menjaga mereka, Koo dan Tan.

Jika jurulatih saja yang menjaga mereka, tetapi orang di luar tidak menjaga mereka, dan ‘merosakkan’ mereka, kita di sini susah.

Saya lihat, untuk saat ini, ia masa yang sangat tepat dengan gandingan Koo dan Tan menjadi harapan mendapatkan pingat emas. Yang penting, kita mesti menjaga mereka.

Sukan Olimpik hanya tahun depan dan masa sudah terlalu singkat. Jadi apa ditekankan ketika ini?

Ya, masa amat singkat. Sekarang kita ‘tolak kemampuan’ mereka dan usahakan supaya mampu menjadi pemain nombor satu di dunia. Kita usahakan supaya banyak latihan.

Soalan terakhir, mengapa Rexy memilih untuk melatih pemain Malaysia?

Ada satu tentangan (cabaran) juga buat saya. Jika di England, saya cuma ada pemain yang terhad, mungkin cuma satu atau dua orang.

Di Malaysia, saya melatih enam pemain dan jika saya mampu menjadikan lebih dari satu atau dua pasangan itu juara atau mungkin juara Olimpik, saya punya kemampuan sebagai jurulatih itu ada.

Jika saya tidak mampu membuat pemain Malaysia menjadi lebih baik pada pertandingan seperti Sukan Olimpik, kemampuan saya sebagai jurulatih pasti tidak adakan?. Itu satu tentangan (cabaran) buat saya.

Saya sudah komited untuk terus melatih di Malaysia, mungkin sehingga Sukan Olimpik. Jika sesudah Sukan Olimpik, kita dapat pingat emas, mungkin terus, tetapi jika kalah, pasti kena hentam lagi (ketawa).

Jadi kita harus siap sedia. Kita sebagai pemain dan jurulatih harus siap bersedia. Jika berhasil, kita jangan terlalu terbawa dengan pujian. Kita harus siap yang di lain masa, kita akan dicaci maki juga.

Jika kita hanya terbawa dengan pujian terus senang dan tidak siap dengan dicaci maki, maka jika tiba-tiba (dicaci maki), mungkin akan kena serangan jantung (ketawa).

29 May 2007

Kesehatan Olahraga

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA BAGI PETUGAS KESEHATAN


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI


I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN

II. BERGERAK / AKTIFITAS FISIK

A. JENIS AKTIFITAS FISIK
B. MANFAAT AKTIFITAS FISIK
C. CARA MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK

III. OLAHRAGA

A. JENIS OLAHRAGA
B. MANFAAT OLAHRAGA
C. PERSIAPAN SEBELUM OLAHRAGA
D. OLAHRAGAYANG BAIK DAN BENAR
E. YANG PERLU DIPERHATIKAN SETELAH BEROLAHRAGA
F. YANG TIDAK DIANJURKAN BEROLAHRAGA

IV. KEBUGARAN JASMANI

A. KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI

V. PENUTUP



KATA PENGANTAR

Hari Kesehatan se Dunia ke 54 tahun 2002, oleh WHO diperingati dengan tema "Fit For Health" yang dipusatkan di Brazil dengan tema "Move For Health" atau "Agita Mundo". Sedangkan di Indonesia diperingati dengan tema "Bergerak Agar Sehat dan Bugar". Dengan tema tersebut WHO mengingatkan bahwa dari hasil penelitian tahun 1999 :

  • Lebih 60% angka kematian di dunia disebabkan oleh karena penyakit tidak menular.
  • Lebih 43% gangguan kesehatan diakibatkan oleh penyakit yang ada kaitannya dengan penyakit tidak menular.
Dan telah diketahui secara luas, bahwa dengan kegiatan olah raga dapat mengurangi resiko terhadap penyakit tidak menular, sehingga dengandemikian WHO mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan aktifitas fisik termasuk olah raga guna meningkatkan derajat
kesehatan dan kebugaran yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas kerja dan kualitas sumber daya manusia. Agar kegiatan tersebut bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran perlu dilakukan dengan baik dan benar secara teratur dan terukur.

Mengantisipasi hal tersebut disusun "Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan", sebagai bahan acuan petugas kesehatan dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kesehatan olah raga.

Panduan ini disusun oleh Tim yang merupakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI, PDSKO (Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga) dan PPKORI (Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Republik Indonesia). Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menyempurnakan dan
perbaikan panduan ini.


Jakarta, Nopember 2002
Direktur Kesehatan Komunitas
Dr. Faizati Karim, MPH
NIP. 140 087 851


BAB I


PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG


Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang
memanfaatkan aktivitas fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan atau olah raga merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya. Dengan majunya dunia tehnologi memudahkan semua kegiatan sehingga menyebabkan kita kurang bergerak (hypokinetic), seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa dimbangi dengan aktifitas fisik yang akan menimbilkan penyakit akibat kurang gerak.

Gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang gerak ditambah dengan adanya faktor risiko, berupa merokok, pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.

Studi WHO pada faktor-faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup
duduk terus-menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Menurut penelitian yang bekerja sama dengan WHO tahun 1999, menyatakan bahwa penyakit tidak menular atau degeneratif merupakan penyebab 60% kematian dan 43% beban penyakit global.

Tahun 2020 diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian dan 60% beban penyakit global. Demikian juga hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), proporsi penyakit kardiovaskuler meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat kematian; 5,9% tahun 1975, 9,1% tahun 1986, 16% dan pada tahun 1995 19%. Diberbagai negara maju dan berkembang, lebih dari 25 tahun terakhir penyakit tidak menular tersebut menjadi penyebab kematian nomor satu.

Hasil penelitian Dede Kusmana tahun 2002 memperlihatkan bahwa
orang yang mempunyai gaya hidup : tidak merokok, berolahraga secara teratur, dan melakukan kerja fisik, ternyata berpeluang lima kali lebih tinggi terhidar dari penyakit jantung dan stroke dari pada yang bergaya hidup sebaliknya.

Selanjutnya menurut Manoefris Kasim, tahun 2002, menambahkan
bahwa faktor kegemukan, kurang gerak, riwayat keluarga terkena penyakit kardiovaskular, serta penyakit diabetes mempunya risiko terkena penyakit jantung koroner empat kali lebih tinggi dibanding yang tidak menderita diabetes.

Agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. WHO
dalam memperingati Hari Kesehatan Sedunia ke 54, 7 April 2002 menetapkan tema "Fit For Health" yang berkembang menjadi "Move For Health" diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi "Bergerak Agar Sehat dan Bugar". Oleh karena itu kegiatan aktifitas fisik/latihan fisik dan atau olahraga perlu menjadi gerakan masyarakat.

Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman para petugas kesehatan tentang kesehatan olahraga ditingkat pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas), dan tingkat pelayanan kesehatan rujukan (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat)/BKOM, Rumah Sakit) sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat agar masyarakat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular dan dapat meningkatakan derajat kesehatan, kebugaran serta produktifitas kerja.

B. PENGERTIAN

  1. Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori)
  2. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
  3. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
  4. Bugar adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.


BAB II
: BERGERAK/AKTIFITAS FISIK

A. JENIS AKTIFITAS FISIK


Dalam kegiatan sehari-hari setiap orang (individu) melakukan
berbagai aktifitas fisik.

Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan
energi (pembakaran kalori), misalnya :

NO

AKTIFITAS FISIK

KALORI YANG DIKELUARKAN

1.

Cuci Baju

3,56 Kcal/menit

2.

Mengemudi Mobil

2,80 Kcal/menit

3.

Mengecat Rumah

3,50 Kcal/menit

4.

Potong Kayu

3,80 Kcal/menit

5.

Menyapu Rumah

3,90 Kcal/menit

6.

Jalan Kaki (kec. 3, 5 Mil/jam)

5,60 – 7 00 Kcal / menit

7.

Mengajar

1,70 Kcal/menit

8.

Membersihkan Jendela

3,70 Kcal/menit

9.

Berkebun

5,60 Kcal/menit

10.

Menyetrika

4,20 Kcal/menit


B. MANFAAT AKTIFITAS FISIK

1. Manfaat Fisik/Biologis
  • Menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Menguatkan tulang dan otot.
  • Meningkatkan kelenturan tubuh.
  • Meningkatkan kebugaran tubuh.
2. Manfaat Psikis/Mental.
  • Mengurangi stress.
  • Meningkatkan rasa percaya diri.
  • Membangun rasa sportifitas.
  • Memupuk tanggung jawab.
  • Membangun kesetiakawanan sosial.

C. CARA MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK


1. Lakukan aktifitas fisik sekurang-kurangnya 30 menit per
hari dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh, misalnya :
  • Turun bus lebih awal menuju tempat kerja yang kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan kira-kira 10 menit berjalan kaki menuju rumah.
  • Membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam sehari ditambah 10 menit bersepeda.
  • Berdansa selama 30 menit.
2. Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap.

3. Aktifitas fisik dianjurkan minimal 30 menit, lebih lama akan lebih baik.

4. Aktifitas fisik dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera, misalnya : dirumah, sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum (sarana olahraga, lapangan, taman, tempat rekreasi, dll.)

5. Aktifitas fisik dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut dan dapat dilakukan setiap hari.

BAB III
: OLAH RAGA

A. JENIS OLAH RAGA

  • Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya : Jogging, senam, renang, bersepeda.
  • 2. Anaerabik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, bulu tangkis.
B. MANFAAT OLAHRAGA

1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah
yang ditandai dengan :
  • Denyut nadi istirahat menurun.
  • Isi sekuncup bertambah.
  • Kapasitas bertambah.
  • Penumpukan asam laktat berkurang.
  • Meningkatkan pembuluh darah kolateral.
  • Meningkatkan HDL Kolesterol.
  • Mengurangi aterosklerosis.
2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada :
  • a. Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.
  • b. Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang,menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut.
3. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.

4. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal.

5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti :

  • Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik.
  • Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan mengurangi lemak tubuh.
  • Kencing manis : menambah sensitifitas insulin.
  • Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.
6. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh.

7. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

8. Penelitian Kavanagh, latihan aerobik 3 kali seminggu selama 12
minggu.
  • Meningkatkan pembuluh darah kolateral.
  • Meningkatkan HDL kolesterol.
  • Mengurangi aterosklerosis.

C. PERSIAPAN SEBELUM OLAHRAGA


1. Pilih olahraga yang digemari, aman, mudah, dan murah.


2. Sebaiknya sebelum melakukan olahraga dilakukan pemeriksaan
pendahuluan untuk menentukan dosis yang aman dan jenis olahraga yang cocok (tes pembebanan/stress test) terutama bila :
  • Ada keluhan seperti sering pusing, sesak nafas, nyeri dada.
  • Berpenyakit seperti penyakit jantung koroner, asma, kencingmanis, hipertensi, dll.
  • Berusia diatas 30 tahun.
3. Sebaiknya gunakan pakaian dan sepatu olahraga yang sesuai dan nyaman.
4. Jangan lakukan olahraga setelah makan kenyang, sebaiknya tunggu sampai 2 jam.
5. Minum minuman yang sejuk dan sedikit manis (manis jambu).

D. OLAHRAGA YANG BAIK DAN BENAR


1. Olahraga dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut.


2. Dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan
yang mana dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera. Misalnya : dirumah, tempat kerja, dan dilapangan.

3. Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganit
jenisnya supaya tidak monoton.

4. Dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5 - 10 menit,
diikuti dengan latihan inti minimal 20 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5 - 10 menit.

5. Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3 - 5 kali per minggu.


6. Intensitas latihan :

  • Untuk meningkatkan daya tahan tubuh harus mencapai 70% - 85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan : DNM = 220 - UMUR
  • Untuk membakar lemak dengan intensitas yang lebih ringan yaitu 60 - 70 % DNM.
Contoh :
Orang dengan usia 40 tahun akan mempunyai
DNM = 220 - 40 = 180.
Untuk membakar lemak orang tersebut harus berolahraga dengan denyut nadi mencapai :
60% x 180 = 108 s/d 70% x 180 = 126.

7. Waktu
. Mulai semampunya, ditambah secara perlahan-lahan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh (endurence) perlu waktu antara 1/2 - 1 jam, untuk membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).

E. YANG PERLU DIPERHATIKAN SETELAH BEROLAHRAGA

  1. Jangan langsung makan kenyang setelah berolahraga, makanlah makanan lunak/cairan seperti bubur kacang hijau.
  2. Minumlah secukupnya bila banyak berkeringat dan jangan langsung mandi.
  3. Gantilah pakaian olahraga yang digunakan bila terlalu basah.

F. YANG TIDAK DIANJURKAN BEROLAHRAGA

  1. Bila sedang demam.
  2. Untuk olahraga jalan bila terdapat varises pada kaki dan pada, nyeri pada sendi terutama pada lutut.
  3. Penyakit-penyakit :
  • Tekanan darah tinggi tidak terkontrol.
  • Kencing manis tidak terkontrol.
  • Kelainan katup jantung.

BAB IV
: KEBUGARAN JASMANI

A. KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI


Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas
kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness). Dalam buku panduan ini hanya dijelaskan komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan.

1. Komposisi tubuh

  • Adalah persentase (%) lemak dari berat badan total dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
  • Lemak cepat meningkat setelah berumur 30 tahun dan cenderung menurun setelah berumur 60 tahun.
  • Memberi bentuk tubuh.
  • Pengukuran : Skinfold callipers, IMT, IMT = (Berat Badan Dalam kg : Tinggi Badan Dalam M2)
  • Obesitas pada anak-anak disebabkan oleh : hipeplasi dan hipertropi sel adiposit serta input berlebihan.
  • Obesitas pada orang dewasa oleh : hiperplasi dan hipertropi sel adiposit serta output yang kurang.
2. Kelenturan/fleksibilitas tubuh
  • Adalah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan.
  • Dipengaruhi oleh: Jenis sendi; Struktur tulang; Jaringan sekitar sendi, otot, tendon dan ligamen.
  • Wanita (terutama ibu hamil) lebih lentur dari laki-laki.
  • Anak-anak lebih besar dari orang dewasa.
  • Puncak kelenturan terjadi pada akhir masa pubertas.
  • Penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot.
  • Dapat mengurangi cedera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung mudah mengalami cedera).
  • Pengukuran: Duduk tegak depan (Sit and reachTest) Flexometer.

3. Kekuatan Otot

  • Adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan otot, merupakankemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatutahanan.
  • Laki-laki kira-kira 25% lebih besar dari wanita (Testoteronmerupakan anabolik steroid).
  • Diukur dengan dinamometer.

4. Daya tahan jantung paru

  • Kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untukberfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambilO2 secara maksimal (VO2 maks) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapatdigunakan untuk proses metabolisme tubuh.
  • Kemampuan otot-otot besar untuk melakukan pekerjaan cukup berat dalam waktu lama secara terus menerus.
  • Merupakan komponen kebugaran jasmani terpenting.
  • Pengukuran : test lari 2,4 Km (12 menit), Bangku Harvard test,Ergocycles test.

5. Daya tahan otot

  • Merupakan kemampuan untuk kontraksi sub maksimal secaraberulang-ulang atau untuk berkontraksi terus menerus dalamsuatu waktu tertentu.
  • Mengatasi kelelahan.
  • Pengukuran : Push up test, Sit up test.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN
JASMANI
  1. Umur. Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
  2. Jenis Kelamin. Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunayi nilai yang jauh lebih besar.
  3. Genetik. Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin/sel darah dan serat otot.
  4. Makanan. Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.
  5. Rokok. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan.
PERHATIAN

Jika ada seseorang dengan gangguan jantung, hipertensi, nyeri
dada, pusing, kehilangan kesadaran, masalah tulang dan sendi, asma, sesak napas atau hamil sebaiknya berkonsultasi ke dokter sebelum berolah raga.

BAB V
: P E N U T U P

Buku panduan ini sebagai acuan petugas kesehatan dalam memberikan
informasi mengenai pelaksanaan kegiatan aktifitas fisik dan atau olahraga yang baik dan benar sehingga bermanfaat untuk meningkatkan derajat kesehatan dan derajat kebugaran.

Untuk melengkapi pengetahuan yang diperlukan, diharapkan petugas
kesehatan dapat membaca/mempelajari buku-buku lain mengenai kesehatan olahraga.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sehingga kesehatan

olahraga dapat berkembang.

20 April 2007

ILHAM SRI YULIANTO



PEBULU TANGKIS CILIK ILHAM SRI YULIANTO,
Mewarisi Bakat sang Ayah


Seputar Indonesia
Minggu, 04/03/2007


Berawal dari melihat dan memperhatikan orang berlatih, akhirnya Ilham jatuh cinta pada bulu tangkis. Kini pemilik nama Ilham Sri Yulianto ini ingin seperti juara dunia bulu tangkis,Taufik Hidayat.

SEJAK masih kecil, Ilham sering ikut ayahnya, Herry Suprianto, latihan bulu tangkis. Sang ayah merupakan seorang pelatih, sekaligus pengelola sekolah bulu tangkis. Lambat laun ”darah olahragawan” pebulu tangkis pun menurun ke diri Ilham.

”Dari dulu saya memang sering mengajak dia kalau pergi melatih. Di sana dia menyaksikan bagaimana orang berlatih bulu tangkis,” cerita Herry kepada SINDO. Diawali dari melihat-lihat dan memperhatikan cara orang bermain bulu tangkis, akhirnya Ilham mulai tertarik. Sesekali dia mencoba mempraktikkan bermain bulu tangkis ala kadarnya.

”Pertama-tama yang diajarkan cara memegang raket, terus cara memukul atas. Kalau sudah, bisa langsung latihan fisik,” kata Ilham, anak bungsu pasangan Herry Suprianto dan Yulmuliawati. Ketika menginjak bangku SD, tepatnya mulai kelas 3, Ilham mulai serius latihan.

Guna menambah daya tarik saat bermain bulu tangkis, sang ayah sering mengajak dan memperkenalkan dia kepada pemain-pemain bulu tangkis nasional yang sedang berlatih di pelatihan nasional (pelatnas). Terkadang, sampai meminta kepada pemain-pemain tingkat nasional dan internasional itu berfoto bersama Ilham. Sederet nama beken berhasil difoto bareng, yakni Taufik Hidayat, Marleev, Sigit Budiarto, dan Luluk Hadianto.

Pengalaman ini membuat Ilham merasa senang dan bersemangat. ”Tujuannya untuk memancing dia semakin tertarik lagi dengan bulu tangkis. Di sana dia melihat, bagaimana pemain-pemain hebat itu latihan. Nah, itu membuat dia kagum,” ujar Herry. Tak ketinggalan Herry menstimulus anak bungsunya tadi dengan cara memperlihatkan betapa enaknya menjadi seorang juara bulu tangkis. ”Lihat tuh pemain hebat itu, ke mana saja dia dikejar-kejar orang dan secara finansial juga bagus,” imbuhnya.

Pada mulanya, Herry tak pernah berpikir bahwa sang anak menerjuni dunia bulu tangkis guna mengejar prestasi. Padahal, semua berawal dari sekadar berlatih biasa untuk mengisi kegiatan kosong. Eh, ternyata dalam tempo tak begitu lama, Ilham menunjukkan kemampuan teknik bulu tangkis yang lumayan bagus. Selanjutnya, Ilham dipersiapkan program latihan yang serius.

Dia menjalani latihan intensif tiap Senin,mulai pukul 16.00–20.00 WIB. Kemudian Selasa mulai pukul 18.00–20.00, Kamis pukul 16.00–20.00, Jumat pukul 18.00–20.00 dan Sabtu pukul 17.00–20.00. Apa resepnya agar tidak capek menjalani latihan rutin itu? ”Pulang sekolah langsung tidur. Lamanya dua jam. Habis itu bangun dan latihan deh,” kata Ilham polos. Selain program latihan, langkah tersebut diimbangi dengan program makan, vitamin dan istirahat yang cukup.

Setelah menjalani program selama tiga bulan, Ilham menunjukkan perkembangan luar biasa. Setelah menjalani latihan intensif, ayahnya mulai memperkenalkan Ilham dengan dunia kompetisi dan turnamen bulu tangkis. Langkah awalnya dimulai dengan mengikuti turnamen tingkat desa di Kecamatan Bojong Gede pada 2005 lalu. Meski pun belum meraih gelar juara, Ilham berhasil masuk peringkat delapan besar.

Selanjutnya pada tahun yang sama, dia ikut Kejuaraan Bulu Tangkis Cabang (Kejurcab) Kota Depok. Namun, dia cuma masuk babak ketiga dan terpaksa harus kalah dari pemain yang berusia lebih tua dari dia. Namun di kejurcab tahun berikutnya, Ilham mengalami peningkatan pesat dan berhasil meraih juara ketiga. ”Saya kecewa dan masih belum puas. Saya inginnya juara pertama, tapi lawannya jago-jago sih,”ujar Ilham yang mengidolakan juara dunia bulu tangkis Taufik Hidayat.

Perlu Didikan Pelatih Profesional

MANTAN pebulu tangkis profesional di era tahun ’80-an, Hardioto (Didit) berpendapat, Ilham mempunyai prospek bagus di dunia bulu tangkis profesional.

”Untuk seumuran dia yang masih kanak-kanak, Ilham sudah menguasai teknik bagus. Baik teknik serang, bertahan dan teknik lain. Hanya, tinggal masalah intensitas latihan. Kalau ini diperbanyak, bisa bagus dan menjadi pemain hebat,” tutur Didit, pebulu tangkis seangkatan Icuk Sugiarto saat masih bermain di Kejurda DKI itu. Selain kelebihan, Ilham tak luput dari kekurangan.

Salah satunya karena dia belum dapat berpikir ke depan. Saat latihan sering kali dia masih terkesan manja. Hal ini karena motivasi dalam diri belum sepenuhnya tertanam. ”Langkah untuk membangkitkan motivasi dalam diri Ilham, si pelatih harus dapat memberikan variasi latihan,” ujarnya.

Variasi latihan yang dimaksud tidak sekadar latihan bulu tangkis. Dia juga diajak melihat- lihat bagaimana suasana latihan di pelatda dan pelatnas. Atau diberikan contoh-contoh siapa saja juara bulu tangkis dan gambarkan kehidupan seorang juara. Dengan memperlihatkan hal semacam itu, Ilham dapat termotivasi ingin menjadi seorang juara. Langkah ini perlu dilakukan sedini mungkin karena faktor motivasi menjadi penentu utama seorang juara.

Motivasi membuat seseorang mau latihan keras. ”Latihan keras yang dimaksud di sini harus disesuaikan dengan umur. Ada dua contoh juara yang berhasil karena motivasi kuat. Dua di antaranya adalah Icuk Sugiarto dan Sigit Pamungkas,” kata mantan juara Kejurda Antar Sekolah Se- Jakarta di era 1980-an itu. Didit menceritakan ketika masih latihan bareng dengan Icuk Sugiarto dan Sigit Pamungkas di Kemakmuran, Jakarta. Saat itu sebetulnya teknik bermain bulu tangkis Icuk biasa saja.

Namun, karena dia punya tekad kuat harus jadi pemain hebat, akhirnya dia berhasil mewujudkan cita-citanya tersebut. ”Saat itu ketika masuk pelatnas di Ragunan, Icuk termasuk pemain yang paling rajin latihan. Karena itu tak heran walaupun diasah hanya sebentar, dia bisa jadi pemain hebat karena kuatnya tekad dan motivasi,” tutur Ilham. Contoh lain, Didit menyebut Luis Pongoh, pemain yang dijuluki si bola karet. Pemain itu bisa tampil jadi seorang juara karena memiliki motivasi kuat dan memiliki sifat penurut terhadap apa yang diajarkan sang ayah.

Mengenai kondisi Ilham yang hingga kini masih dilatih sendiri oleh ayahnya, Didit menyarankan, selain sang ayah yang melatih Ilham, ada baiknya Ilham dilatih orang lain (pelatih profesional). Tujuannya supaya dalam menjalankan latihan dia bisa lebih keras dan tak ada kesempatan untuk bermanja-manja.

”Soal teknik dia sudah punya. Kini tinggal mengasahnya supaya matang. Dalam artian, latihan fisik diperkuat. Apabila fisik Ilham sudah kuat, latihan yang dilakukan secara rutin dalam tempo enam bulan atau satu tahun sudah jadi bagus dan jadi seorang juara,” katanya. Selain itu, dia juga harus memperbanyak jam tanding mengikuti beragam kompetisi. Tujuannya agar dia punya pengalaman bagaimana menghadapi publik alias bertanding disaksikan orang banyak. Kebiasaan ini akan menumbuhkan mental juara.

Si Bungsu yang Disiplin

AYAHANDA Ilham, Herry Suprianto, menuturkan, Ilham punya sedikit rasa manja karena merupakan anak bungsu. Meski begitu, dia punya motivasi tinggi dalam menjalani latihan.

Dalam menjalankan latihan bulu tangkis, Ilham sudah terprogram dan terpola sedemikian rupa. Karena terbiasa, membuat tingkat disiplinnya menjadi tinggi. ”Kebetulan saya mempunyai sekolah bulu tangkis anak-anak dan remaja bernama PB Cipta Prima Utama Depok,”kata Herry,yang juga menjabat sekretaris PBSI Depok.

Di mata ayahnya,Ilham tergolong anak yang memiliki daya serap cepat dalam menangkap pelajaran bermain bulu tangkis dengan baik. Begitu pula dalam menyerap pelajaran sekolah. Satu hal yang disukai Herry terhadap anaknya adalah mereka tidak suka jajan di luar. Ketika kawan-kawannya asyik makan bermacam jajanan, Ilham malah menahan diri karena tidak suka dan tidak terbiasa jajan.

Dia lebih suka menyantap makanan yang disiapkan orangtua di rumah. ”Ilham itu sangat disiplin dalam hal menepati waktu. Makan pun mau diatur, serta tak ketinggalan minum vitamin.Tanpa diperintah pun semua kebiasaan itu dapat dijalankannya,” katanya. Saking semangat menjalani latihan bulu tangkis, sampai-sampai Ilham tidak pernah mau ketinggalan, apalagi terlambat. Bahkan, bila ayahnya baru pulang kerja saja, Ilham kerap merengek-rengek agar sang ayah segera mengantar latihan.

”Salah satu kiat agar Ilham tidak merasakan bosan dalam berlatih, saya mencoba mengajak dia berlatih di tempat latihan yang berbeda-beda. Jadi tidak di satu tempat latihan saja,”urai Herry. Semua itu bertujuan agar dia merasakan suasana tempat yang berbeda-beda. Ada tempat latihan yang terdiri atas tujuh lapangan,ada pula yang dua lapangan. Meski begitu, tetap saja jadwal latihan dijalankan dengan ketat dan disiplin. (nuriwan trihendrawan)

13 February 2007

PB Cipta Prima Utama


SUSUNAN PENGURUS

PB CIPTA PRIMA UTAMA
Pusat Pembinaan Bulutangkis Usia Dini
2004-2007

Penasehat:

  1. Drs. H. Nandang Supriatna
  2. Mulyadi
  3. Thomas
Ketua: Herry Suprianto

Wakil Ketua: BC Sueko

Sekretaris: Nunil Triana

Bendahara: Yul Muliawati

Bidang Pembinaan dan Prestasi: Drs. Lefidus Malau

Hubungan Masyarakat: Surahman

Pelatih:
  1. Herry Suprianto
  2. Genata
  3. Paul
  4. Febriansyah
Tempat Latihan:

Balai Rakyat Depok Utara, Jl. Jawa, Depok Utara, Depok, Jawa barat.

Waktu dan Tempat Latihan:


Kelas B
    1. Selasa ------ 16.00 s/d 18.00 ------- Balai Rakyat Depok Utara
    2. Jumat ------ 16.00 s/d 18.00 ------- Balai Rakyat Depok Utara
    3. Minggu ------ 08.00 s/d 10.00 ------- Depan SMPN 2, Perumnas Depok I atau di Kampus Universitas Indonesia (latihan fisik di alam terbuka)
Kelas A
    1. Senin ------ 16.00 s/d 20.00 ------ Balai Rakyat Depok Utara
    2. Selasa ------ 18.00 s/d 20.00 ------ Balai Rakyat Depok Utara
    3. Kamis ------ 16.00 s/d 20.00 ------ Balai Rakyat Depok Utara
    4. Jumat ------ 18.00 s/d 20.00 ------ Balai Rakyat Depok Utara
    5. Minggu ------ 08.00 s/d 10.00 ------- Depan SMPN 2, Perumnas Depok I atau di Kampus Universitas Indonesia (latihan fisik di alam terbuka)
Sekretariat

Jl. Cahaya Titis Raya No. 74, Tanah baru, Beji Depok, Jawa Barat
Telepon (021) 7720051

ATHLITES FIRST, WINNING SECOND